News Update :
Faisal Abdullah Al Makki. Diberdayakan oleh Blogger.

TheLAN Actions

FIFA KLASEMEN

Résolvez les problèmes Osas Saha, Moussa.!!

Senin, 25 April 2011

Assalamualaikum Moussa ..
Moussa est aujourd'hui le leader dans l'équipe du PSAP,
Hard heureux joueur PSAP, Moussa savez sûrement ..
Nous de la Communauté des amoureux PSAP Sigli (Thelan) a plaidé avec, pour les problèmes de Osas Saha, pourrait être bien installés et familiaux d'autres joueurs et le Conseil. si cela n'est pas mis en œuvre. Thelan entreprise prendra de l'attitude de notre méthode, pour résoudre les problèmes qui existent dans le courant du PSAP. S'il vous plaît transmettre au PSAP officiel de gestion et de PSAP.
Nous attendons pour elle de bonnes nouvelles.

Respectueusement/Wassalam

(Chef de la direction Laskar Aneuk Nanggroe)
Faisal Abdullah Al Makki

Laskar Aneuk Nanggroe Mendukung Sikap SOS yang meminta Kelompok 78 Membubarkan Diri


Save Our Soccer (SOS) dalam pernyataan persnya meminta kelompok 78 pemilik suara PSSI untuk membubarkan diri karena jika diteruskan memperjuangkan kelompok tertentu akan mengancam demokratisasi di sepakbola dan akan memperburuk keadaan. Dalam rilis yang dikirimkan oleh salah satu anggota SOS, Apung Widiadi, kepada email TheLAN Senin (25/4/2011), SOS menilai hadirnya Komite Normalisasi (KN) tidak dengan serta merta menyelesaikan masalah PSSI.

"Masalah demi masalah muncul, intrik demi intrik, cara-cara kotor tetap dimainkan untuk memperebutkan posisi PSSI-1. Perebutan kursi kekuasaan PSSI semakin ramai dengan aroma sangat politis namun disisi lain mejadi tidak menarik karena hadirnya muka-muka lama," tulis pernyataan tersebut. Atas hal tersebut, SOS bersama dengan Jak Mania (Pendukung Persija Jakarta) mengaku khawatir akan masa depan sepakbola Indonesia yang tak kunjung membaik. "Sebaliknya justru semakin memburuk dan PSSI bisa habis.

 dibagi-bagi oleh kepentingan kelompok. Melalui Kongres yang demokratis KN harus mengembalikan bahwa PSSI milik rakyat bukan milik kelompok tertentu," tegas SOS.
Berikut enam pernyataan sikap SOS:
1. Menpora harus meminta maaf kepada insan sepakbola Indonesia atas penyataan yang mendukung beberapa calon yang ditolak oleh FIFA. Menpora sudah tidak netral, dan ini akan memperburuk perbaikan karena dikhawatirkan jatuh ke tangan kelompok tertentu. Sebelumnya Menpora menyayangkan keputusan FIFA yang tetap menolak ketiga calon (Nirwan Bakrie, Arifin Panigoro, dan George Toisutta)
2. Komite Normalisasi (KN) harus tegas dan tidak kompromi terhadap kelompok tertentu yang mengincar kursi kekuasaan PSSI. Seperti kita ketahui beberapa keputusan KN sebelumnya merupakan hasil kompromis antara dua kubu pro dan kontra Nurdin Halid.
3. Komite Penyelamatan Persepakbolaan Nasional, Kelompok 78 atau kelompok-kelompok tertentu yang menyatakan memiliki sejumlah suara harus membubarkan diri. Karena jika diteruskan memperjuangkan kelompok tertentu akan mengancam demokratisasi di Sepakbola dan akan memperburuk keadaan.
4. Kongres PSSI harus berlangsung sesuai dengan keputusan FIFA. Harus demokratis dan transparan. Oleh karena itu perlu dibentuk tim independen pengawas Kongres PSSI. Yang beranggotakan wartawan, supporter, dan pengamat sepakbola. Hal ini untuk menghindari kecurangan ataupun politik uang saat kongres.
5. Menolak calon ketua umum PSSI yang mempunyai latarbelakang politik, mantan pengurus PSSI rezim NH (muka lama), koruptor dan orang-orang yang tidak berkompeten tapi memiliki banyak uang (borjuis). Tetapi kami mengapresiasi calon ketua umum PSSI yang diusung melaui jalur Independen.
6. Walaupun kongres hanya dihadiri oleh para Pengurus Provinsi PSSI, masyarakat Indonesia harus mengetahui visi-misi dan program calon ketua umum PSSI. Caranya adalah calon-calon yang lolos harus diuji visi-misinya dulu di Komisi X DPR. Seperti halnya pemilihan ketua KPK. Baru setelah itu calon-calon tersebut diadu di Kongres. Hal ini untuk mengembalikan bahwa kongres PSSI adalah milik masyarakat Indonesia bukan milik pemegang suara saja. 

Nirwan menyatakan legowo jika pencalonannya ditolak FIFA.

Ketua Komite Normalisasi PSSI Agum Gumelar (kiri) dan mantan Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan D Bakrie memberikan keterangan kepada wartawan seputar pencalonan Nirwan sebagai bakal calon Ketua Umum PSSI di Sekretariat PSSI di Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (25/4/2011). Nirwan menyatakan legowo jika pencalonannya ditolak FIFA.  
Mantan Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan Bakrie bersikap legawa terhadap keputusan FIFA yang melarang dirinya untuk maju sebagai ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2011-2015.
"Saya atas inisiatif sendiri menghadap Pak Agum Gumelar (Ketua Komite Normalisasi). Saya berterima kasih kepada Pak Agum yang memperjuangkan saya. Saya legawa dan tidak sakit hati telah ditolak FIFA," ungkap Nirwan kepada wartawan di kantor PSSI, Senin (25/4/2011).
Dalam kesempatan itu, Nirwan mengaku yakin akan ada sosok yang tepat untuk memimpin PSSI. "Masih banyak orang yang muda-muda bisa memimpin PSSI. Kalau bisa support agar bisa memimpin PSSI," ujar Nirwan.
Ketika ditanya wartawan apakah tetap berkecimpung dalam sepak bola setelah tidak menjabat lagi sebagai wakil ketua umum, Nirwan mengatakan, "Sepak bola sudah bagian dari hidup saya. Saya akan tetap membantu PSSI dan timnas."
Sementara itu, Agum menyambut baik atas sikap Nirwan yang menerima keputusan FIFA. "Terima kasih Pak Nirwan sudah legawa meskipun mungkin kecewa. Sikap ini mungkin akan membantu saya untuk melaksanakan tugas," jelas Agum.
Seperti diberitakan, hasil pertemuan antara Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar dan Presiden FIFA Sepp Blatter pada 19 April lalu memutuskan tetap melarang empat calon yang digugurkan Komite Banding, yakni Nurdin Halid, Nirwan Bakrie, George Toisutta, dan Arifin Panigoro, maju dalam kongres pemilihan anggota Komite Eksekutif PSSI pada 20 Mei mendatang.
Dalam keputusannya, FIFA juga tidak mengakui terbentuknya Komite Pemilihan yang dihasilkan lewat kongres pemilik suara pada 14 April lalu. FIFA hanya menyetujui terbentuknya Komite Banding.

Kuta Asan, kami gak akan Pernah tergantikan!

Minggu, 24 April 2011



Kehadiran TheLAN musim ini untuk mendukung PSAP SIGLI ternyata disambut hangat oleh komunitas Suporter Pecinta Sepabola Pidie, selama ini hubungan emosional antara PSAP dengan Laskar Aneuk Nanggroe memang terjalin cukup baik.

“Memang nah, menyoe na Laskar Aneuk Nanggroe di Kuta Asannyan, sang sang BEUKAH stadion,” papar orang namor satu di Pemprov Aceh, Irwandi Yusuf kepada ketua Laskar Aneuk Nanggroe beberapa waktu yang lalu.

Stadion kuta asan, di Sigli menjadi kandang bagi PSAP selama mengikuti sepakbola Nasional. Stadion yang selama ini menjadi Hak Pinjam Pakai bagi Pemkab Pidie tersebut ternyata masih dimiliki secara Pribadi oleh tokoh yang memang keturunan Ampon. Bagi PSAP sendiri, Kuta Asan merupakan saksi bisu dalam menjalani pahit manisnya, naik turunnya Prestasi team kebanggaan Masyarakat Pidie ini. Tanpa bisa dipungkiri, puncak mboming kembali sepak bola Pidie adalah ketika Team yang pada tanggal 11 Oktober nanti akan berusia 55 tahun terjadi di tahun 2007. Saat itu komposisi Pemain yang di Manajeri oleh pak Yusuf sangat baik, mulai dari el Capitan Tarmizi Rasyid, Dahlan Jalil dan beberapa putra daerah Pidie semisal Hendra Saputra, Putra Aceh asal Kabupaten Bireun Suryadi Karemboo, Hingga Anak Rantau yang hingga tulisan ini saya terbitkan masih bermain dengan nomor punggung 32.. Sukman Suib. Belum lagi kisah perjalanan 4 Fantastique, Wanderson, Wagner, Alfredo, hingga George Massatu yang doyan makan mie caluek (mie lidi yang digoreng). Dan pastinya Coach yang bermodalkan Taktik dan Strategi menyerang, Anwar bahu membahu membuktikan bahwa kepada salah satu pengurus sepakbola Aceh, klo Anwar bukan mengandalkan “sertifikat Tanah” untuk melatih Bola tapi, Beliau buktikan dengan prestasi PSAP lolos ke Divisi Utama (Tahun 2007, kasta tertinggi Sepakbola Indonesia-Admin). Walaupun PSSI saat itu, atas desakan AFC untuk membentuk Kompetisi lebih prestisius dengan Jumlah 18 Team dan harus satu Wilayah, terkubur sudah PSAP merasakan kancah kompetisi elit pesepakbolaan nasional saat itu.

Di tahun 2007 tersebut, PSAP memiliki sebuah komunitas Suporter Paling Fanatik namun belum teroganisir sebagaimana mestinya. Hingga beberapa Suporter di Pidie yang saat itu dipelopori oleh Pak Muchlis (sekarang Sekum PSAP) Zukhri Mauludinsyah Adan, T. Zoelbahra (eks Anggota DPRK)  dan beberapa komunitas supporter Pendukung dan Pecinta PSAP, semisal Wak Jamal, Wak Lai. M.Ali, Pak Din, Bang Adek, Bang Boy, Marzuki, Faisal Al Makki, dan beberapa teman lainnya hingga terbentuklah dengan Sebuah Nama “Laskar Aneuk Nanggroe” atau yang di Singkat TheLAN yang biasa kami bahasakan dengan TELAN,(UE”T) jadi siapapun lawan yang hadir dikuta Asan harus di TELAN.

Seiring berjalannya waktu demi waktu, naik turunnya prestasi PSAP di Divis utama tidak juga membuat Kuta Asan sepi dari hiruk pikuk pendukung setia PSAP, dukungan semangat disetiap PSAP bertanding sangat membahana. Karena mereka yang datang ke Kuta Asan adalah murni karena kecintaan mereka dan loyalitas tinggi yang mereka tunjukan  dan berikan kepada PSAP pantas di ancungin 2 jempol. Karena dukungan suporter dan kerja keras penguruslah PSAP bisa berprestasi. Pasca musim 2007, Coach Anwar Hijrah ke PSSB dengan diikuti oleh beberapa Pemain PSAP, seperti Suryadi, Hendra Saputra dan lainnya,diakui atau tidak sangat memukul hati dan perasaan Laskar Aneuk Nanggroe. Betapa tidak, PSAP mulai kocar kacir, kekalahan demi kekalahan diderita oleh team PSAP. Dan angin segar saat itu ada di PSSB. Ntah memang udah nasib Coach Anwar, dimana beliau melatih, ada aja persoalan2 yang timbul, diantaranya Pendanaan. Hingga musim selanjutnya Coach Anwar kembali melatih PERSIRAJA Banda Aceh, disana ikut juga pemain “kesayangan” Anwar, Suryadi, Hendra dan beberapa Pemain lainyya, “ek Manoek, ek canok” sama dengan chit.
Kondisi financial lagi2 mengikuti perjalanan Coach Anwar dalam melatih. Sedangkan PSAP sendiri gonta ganti pelatih sering terjadi, dengan nama yang memang sangat kita ingat, A. Hadi Kustiono, hingga Pelatih sekaliber Bambang Nurdiansyah di hadirkan ke Kuta Asan untuk mengembalikan kejayaan PSAP,  tetap saja belum mampu mengangkat PSAP untuk bersaing dikancah sepakbola divisi utama. Memang Klo Jodoh gak kemana. Begitu ungkapan kata2 yang sering kita dengar, musim 2010/2011 Bambang Nurdiansyah salama pra musim masih melatih PSAP, hingga sampai kompetisi mau dimulai, Kembalilah sang Allenatore Pria berwajah serius, namun cukup lihai dalam melatih, Anwar bersama Arman kembali melatih PSAP, yang pastinya ikut mengembalikan impian kita semua untuk melihat Prestasi yang pernah mereka berikan kepada PSAP saat 2007 lalu. “pasangan” AA tersbut ternyata mengabulkan sebagian keinginan masyarakat Pidie yang ingin melihat PSAP berprestasi, dan kenyataanya hingg Match Day ke 23 PSAP masih bercokol di peringkat 2 Klasement Liga Ti-Phone Group 1.
Laskar Aneuk Nanggroe dan pendukung setia PSAP lainya mesti bersyukur, dengan ikut mendukung dan member sport yang positif kepada Skuad PSAP.
Sesama penonton jangan saling usik.. jangan sampai ada perasaan “gob blo kulkas, tanyoe yang sijuek” apapun bendera yang kalian bawa ke Kuta Asan, asal tujuannya adalah mendukung PSAP. Kita wajib dukung..!! dan bukan malah bermusuhan, dengan mengeluarkan kata2 “PROVOKATOR” kepada Laskar Aneuk Nanggroe, hari ini dan seterusnya jangan kalian harap Laskar Aneuk Nanggroe akan mati..!!! jangan pernah, mimpi pun jangan, karena disetiap penonton yang hadir di kuta Asan, dalam darahnya ada semangat Laskar Aneuk Nanggroe, semangat untuk mendukung PSAP sampai kapan pun. Jika ada yang coba2 melakukan hal2 bodoh dengan “menghancurkan” ruang gerak Laskar Aneuk Nanggroe, berarti kalianlah Provokator tersbut. Karena Misi kami adalah mengawal dalam garis terdepan untuk kemajuan PSAP SIGLI.

oleh: Admin TheLAN

Saatnya PSAP dipimpin oleh sosok Profesional.

Kamis, 21 April 2011

Sosok Pemimpin Profesional yang dibutuhkan PSAP


Kursi kepemimpinan PSAP akan Lowong ketika masa kepengurusan sekarang akan
berakhir saat kompetisi divisi utama ini selesai dan sudah
sepantasnya diisi oleh anak muda yang cerdas dan berpengalaman.
 Sebab, sepakbola identik dengan kawula muda. Dalam bisnis sepakbola
dituntut adanya spirit bisnis yang profesional.

Sosok yang saya maksud adalah Seorang yang mau dan mampu memimpin PSAP ini
dengan jiwa mau berkorban demi kemajuan PSAP, bukan hanya mengelola
sesuatu yang sudah ada,tapi bagaimana cara mampu mencari keluar
sponsor atau Dana untuk bisa menghidupkan sepak terjang PSAP Musim depan.
hal ini dikrenakan, musim depan Klub-klub yang mengatas namakan Profesional
tidak dibenarkan menggunakan dana APBD dalam bentuk Hibah atau bantuan lainyya
 ada sosok Pengusaha Pidie yang mau dan mampu dari segi Financial untuk
mengelola PSAP tanpa asupan "nutrisi" APBD.
Namun saat dikonfirmasi oleh Pengurus TheLAN tentang
keinginan Beliau untuk menduduki orang
nomor satu di PSAP, beliau hanya tersenyum.
"InsyaAllah, jika dipercaya. Saya Siap..!!"
begitu ucapan beliau.
bagaimana, dengan sistem keuangan PSAP nanti?
"Saya alhamdulillah punya beberapa Partner bisnis,
orang kita pIdie juga sekrang berada di Medan,Jakarta dan Bandung,
yang siap membantu saya untuk mencarikan sponsor Resmi kepada PSAP"
"asal ada keterbukaan, insyaAllah PSAP bisa jalan tanpa APBD"
Tenntunya dengan Dukungan Pendukung juga..kita lihat nanti, saat kompetisi
memasuki masa rehat."

Sekrang Sepakbola seharusnya spirit bisnis yang profesional dan sejalan dengan semangat
industri sepakbola.

"Saat ini kompetisi tidak lagi mungkin bergantung pada dana APBD yang
 diambil dari uang rakyat, cobalah lihat klub-klub profesional di
negara-negara maju, semuanya bisa terjadi jika ada nilai-nilai profesional
di dalamnya,

oke kita tunggu saja tanggal mainnya, saat dirinya maju mencalonkan karena
disemangati oleh para sahabatnya untuk memajukan persepakbolaan kabupaten
Pidie di Tingkat Nasional.

Home | Liga | Indonesia | FIFA Tetap Minta PSSI Jalankan Mandat Pertemuan Agum Gumelar dengan Sepp Blatter FIFA Tetap Minta PSSI Jalankan Mandat

Rabu, 20 April 2011

FIFA meminta PSSI tetap menjalankan mandat yang diberikan otoritas tertinggi sepak bola dunia itu, pada 4 April mendatang. Hasil pertemuan Agum Gumelar (Ketua Komite Normalisasi) dan Sepp Blatter (Presiden FIFA) bakal diumumkan dua hari ke depan. Hormati keputusan FIFA.
" FIFA tetap berpegang pada instruksi mereka tanggal 4 April lalu dan meminta PSSI menjalankan instruksi yang diberikan," ujar Agum saat dihubungi para wartawan, kemarin.

"Pertemuan yang rencananya dijadwalkan hanya 30 menit, mundur hingga 2 jam. Pada pertemuan itu, kami melaporkan semua yang dilakukan mulai dari rencana pelaksanaan kongres nanti hingga persoalan Liga Primer Indonesia (LPI),” tambah Agum.

Sementara itu, hasil kongres dengan membentuk Komite Pemilihan dan Komite Banding, pada 14 April lalu, baru akan dibahas pada sidang internal FIFA yang berlangsung hari ini, Rabu (20/4).

"Hasilnya, baru akan diumumkan setelah rapat tersebut. FIFA juga akan mengirimkan surat keputusan hasil pertemuan dengan KN pada Jumat (21/4),” terang Agum.

Artinya, keputusan itu kembali menegaskan tugas KN sebagai Komite Pemilihan sebagai penyelenggara kongres dan empat bakal calon Ketua Umum: George Toisutta, Arifin Panigoro, Nirwan D Bakrie, serta Nurdin Halid dipastikan tidak boleh maju lagi dalam pemilihan selanjutnya.

" Apa pun keputusannya , saya mohon semua pihak menghormati dan bisa berjiwa besar menerima jawaban final nanti. Semua demi kemajuan sepak bola nasional," pungkas Agum.

By: admin.
Sumber: bolanews.com

Rosella Sensi & Manajement PSAP

25% Sisa Kontrak Pemain Belum dibayar

Tau gak dengan Nama Rossella Sensi? iya, dia merupakan Presiden AS ROMA, posisi itu dia dapatkan Ketika Ayahnya sekaligus Pemegang Saham Mayoritas As Roma, minggat beberapa tahun lalu, Rossela Sensi langsung duduk sebagai Penguasa di klub Ibukota Italy tersbut, dengan Pengalaman Minim, Rossela Sensi coba membawa As Roma untuk bersaing dengan Klub papan atas Serie A. Manuver-manuver dia gembar - gemborkan untuk membawa Klub untuk meraih Prestasi tertinggi. tahun lalu sempat bersaing dengan Inter dalam perebutan Capolista, walaupun akhirnya Menyerah. Menurut Situs as roma, Rossella Sensi telah coba mencari keuntungan Pribadi dengan Penjualan dan Manuver yang menurut ULTRAS ROMA adalah sikap "Perampok" karena hasil keuntungan masuk kantong Pribadi Rossella Sensi. akibatnya As Roma menjadi korban dari sikap Putri Mantan Presiden As Roma Sendiri. dan kenyataan sekarang As Roma telah di Jual ke Pengusaha asal Amerika. dan meninggalkan berbagai masalah di AS ROMA, Terus apa hubungannya dengan PSAP??? lebih kurang sama.
dikelola oleh oknum2 yang baru kemaren mengerti Bola dan Mencari Keuntungan Pribadi (Pencitraan Diri) kepada Masyarakat Pidie.. Saya heran, apakah mereka tidak merasa PSAP adalah Milik Masyarakat Pidie, apakah mereka tidak menghargai perjuangan-perjuangan pengurus puluhan tahun lalu, yang Rela mengorbankan kepentingan Pribadi demi Majunya Sepakbola Pidie. Bukan Seperti Sekrang.. Malahan kebalikannya.
Uang APBD yang cair 2 Milyar bukan uang sedikit.menilik berbagai problema kehidupan Masyarakt Pidie yang masih dibawah kemiskinan.
Sebelum Keberangkatan Bonden PSAP ke Medan, Skuad PSAP berkumpul di salah satu Rumah Pengurus, intinya pertemuan tersbut adalah Janji akan melunasi Gaji 3 Bulan dan 25% Sisa kontrak Pemain/official PSAP.
kenyataan sesampai di Medan??? NOL BESAR...!!!
Wajarlah para Pemain dan Official PSAP mencak2 Marah dan Kecewa kepada Pengurus..!! sebuah janji yang "terlupakan"
sempat beberapa Masyarakat "mengadu" kepada Komunitas Suporter PSAP.
"Peng kana Hana di Bayeu, Pubut chit jih inan"???
" Ho diba Peng kaleuh itarek, pu ka di DEPOSITO??""
" Pu ijak uroeh Pemilihan Pemilihan PSSI, Menyoe aneuk buah droe ieh hana bereh"
itu adalah bukti Masyarakat Pidie masih sangat PEDULI atas sepak terjang PSAP selama ini. jadi, jika pun masyarakat menyuarakan ketidak puasan kepada Pengurus PSAP, janganlah dijadikan sebagai Provokator, tapi buktikan kalau kalian,bener2 mengurus PSAP dengan Uang Rakyat Tersbut.
Kami pun, tidak pernah tau apa yang akan terjadi, jika Polemik yang seharusnya diselesaikan oleh Manajement ini sampai mengorban PSAP GAGAL Lolos ke 8 Besar.. Pastilah Pengurus PSAP harus siap menerima Caci Maki dari Masyarakat PIDIE..
Semoga saja, kekhawatiran Pendukung PSAP tidak menjadi Kenyataan. dan Manajement PSAP bisa membuktikan ke Publik klo Kalian Memang Bisa ngurusin Bola.. dengan Membawa PSAP Lolos ke 8 Besar Divisi Utama Liga Ti-Phone ini.

Wassalam.
Admin Laskar Aneuk Nanggroe

Tiga Bulan Pemain PSAP tak Bergaji

Selasa, 12 April 2011

SIGLI - Meski roda kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia musim 2010/2011 tinggal dua pekan lagi, namun para pemain PSAP belum menerima gaji selama tiga bulan, dari Februari hingga April 2011. Padahal, anggaran yang diplotkan dalam APBK tahun ini sebesar Rp 2 miliar telah ditarik, Jumat (8/4/2011) lalu.

Manajer PSAP Sigli, Muhammad Yasin Amin, kepada Serambinews.com, Selasa (12/4/2011), mengatakan, pihak pengurus tetap membayar gaji pemain PSAP tiga bulan lagi, yaitu Februari, Maret, dan April.
Termasuk pengurus akan membayar kontrak 25 persen yang belum dilunasi. Seperti gaji pemain yang telah selesai dibayar pengurus PSAP pada bulan lalu. Yakni, Oktober, Nopember, Desember 2010 dan Januari 2011.
"Kami akan tetap membayar semua hak-hak pemain," kata pria yang akrab disapa kolonel itu.
Dikatakan, dana yang telah ditarik sebesar Rp 2 miliar bersumber dari Pemkab Pidie diperuntukan menutupi kebutuhan pemain pada pertandingan sebelumnya. "Jadi kita berharap pemain tetap bisa bersabar, hak-hak para pemain tetap akan prioritas kami membayar gaji mereka," kata M Yasin Amin.(muhammad nazar)
--

Selamat Milad Laskar Aneuk Nanggroe yang ke 4.

Minggu, 10 April 2011

  
Assalamualaikum Wr Wb....
Hari ini tepat 4 tahun TheLAN didirikan, dahulu 11 April 2007 sekelompok Syedara-syedara tanyoe mendeklarasikan sebuah kelompok suporter yang akhirnya kita kenal dengan Laskar Aneuk Nanggroe. dengan singkatan awal adalah TheLAN. Laskar Aneuk Nanggroe, Suporter PSAP sejati. akan tetapi seiring dengan waktu dan seiring dengan naik turunnya Prestasi PSAP, TheLAN tidak pernah menyurutkan Semangat Laskar Aneuk Nanggroe Pecinta PSAP SIGLI di Manapun berada untuk selalu mendukung dan Mensport PSAP bertanding. Selamat ulang tahun Laskar Aneuk Nanggroe, semoga makin bisa mewarnai dunia persuporteran Indonesia dan terus menyebarkan virus - virus perdamaian. Amiiin Yaa Allah..
Untuk Semua Masyarakat PIDIE, Khususnya Pecinta PSAP dan TheLAN dimanapun aneuk nanggroe berada, kami ucapkan Terimakasih yang tak terhingga atas dukungan dan Semangatnya dalam mendukung kesebelasan Kebanggaan kita semua. PSAP...???? Go to ISL 2011/2012.
Wassalam
Admin TheLAN

FIFA dan Tugas Berat Agum Gumelar

Rabu, 06 April 2011

Pada akhirnya, FIFA menunjukkan taring dan kekuasaannya. Keputusan organisasi olah raga terbesar di dunia itu bersifat mengikat. Jika masih ingin menjadi bagian dari sepak bola dunia, maka PSSI harus tunduk dan menghentikan pertikaian internal.
Kata kunci telah dilontarkan dari markas besarnya di Swiss. Pertama, empat kandidat yang dinilai berseteru, Nurdin Halid (NH), Nirwan Dermawan Bakrie (NDB), George Toisutta (GT), dan Arifin Panigoro (AP), dilarang mencalonkan diri menjadi Ketua atau Wakil Ketua PSSI dan Komite Eksekutif.
Kedua, membentuk langsung Komite Normalisasi sekaligus menjalankan peran sebagai Komite Pemilihan. Mantan Ketua PSSI, Agum Gumelar, sebagai ketua dan tujuh pendampingnya ditunjuk secara langsung oleh FIFA.
Ketiga, aturan main sebagai landasan bekerja Komite Normalisasi dan Komite Pemilihan harus sesuai dengan statuta PSSI. Pada puncaknya, pemilihan pengurus baru PSSI periode 2011-15 harus sudah diselesaikan sebelum 21 Mei.
Penunjukan Agum bukan tidak mendapat perlawanan. Kenapa Agum yang ditunjuk juga tidak dijelaskan FIFA. Dasar bekerja FIFA mungkin setelah membaca dan meneliti segala laporan dari berbagai pihak yang berseteru. Bisa juga karena situasi dinilai masuk tahap force majeure.
***
Ketika ada orang yang berpikiran negatif dan curiga, maka apa pun keputusan akan ditentang. Alasan yang ditonjolkan selalu seolah-olah arus tunduk pada aturan main yang baku. Padahal, bisa saja yang bersangkutan menyimpan agenda tertentu.
Agar badai yang menerpa persepakbolaan Indonesia segera berlalu, seharusnya jalan tengah ini diterima dengan lapang dada. Kalau hanya perbedaan yang ditonjolkan, maka konflik ini tak akan pernah berakhir dan membuat upaya peningkatan prestasi hancur.
Sangatlah tepat seorang Agum, yang sudah lama tak mau terlibat langsung di sepak bola, masih bersedia tampil. Memang, ketika menjadi Ketua PSSI 1998-2003 belum menghasilkan prestasi menggembirakan, tapi popularitas sepak bola semakin naik.
Karena tidak dilatarbelakangi kepentingan pribadi, rasanya Agum bakal sukses mengurai polemik. Menurutnya, faktor komunikasi adalah titik persoalan dan prioritas yang mendesak dibangun.
Mengenal dan dikenal semua komunitas sepak bola negeri ini menjadi modal penting bagi Agum. Dengan tidak mau dan tak mungkin dipilih menjadi ketua, maka Agum cs. dapat bekerja dengan tenang dan adil dalam mengambil keputusan.
Persoalan terbesarnya adalah bagaimana mengakomodasi pemikiran pihakpihak bertikai. Sebutlah bagaimana tuntutan Komite Pemilihan bentukan 78 pemilik suara, apakah akan dibubarkan dan dianggap tidak ada atau suara mereka sah.
Bagaimana dengan breakaway league dengan nama Liga Primer Indonesia (LPI), yang sudah kadung berjalan, haruskah kompetisi bentukan Arifin Panigoro ini diterima setingkat Liga Super Indonesia (LSI)?
Bukan persoalan mudah memang karena para pengelola LPI mengaku jauh lebih profesional ketimbang LSI. LPI dikatakan murni klub yang didanai swasta, sedangkan LSI masih menyusu dana APBD.
PSSI sendiri sudah mengajukan agar LPI dimasukkan setingkat Divisi III. Hal ini ditolak mentahmentah oleh pengelola LPI. Tugas-tugas seperti inilah agenda kerja utama Agum dan kawan-kawan agar semua berakhir manis.
***
Oke, lupakan dulu siapa kandidat yang akan menjabat Ketua PSSI periode 2011-15. Berilah waktu kepada para calon mempersiapkan program kerja sebagai modal meyakinkan pemilik suara. Biarlah pada waktunya nanti kandidat yang terbaik yang terpilih.
Memang, setelah NH, NDB, GT, AP resmi ditolak, maka kandidat yang menyatakan bersedia menjadi orang nomor satu di PSSI tidak banyak. Ada G.H. Sutejo, Sutiyoso, Adhyaksa Dault, dan Diza Ali, yang memiliki latar belakang sepak bola cukup memadai.
Beberapa hal yang mungkin berpotensi menjadi sumber polemik baru adalah masalah siapa sesungguhnya profil pemilik hak suara. Tiga klub yang dicoret semasa kepemimpinan NH tetap menuntut hak, yakni PSM, Persibo, dan Persema.
Dari 100 pemilik suara hanya boleh diwakili ketua atau sekretaris. Peristiwa di Riau, yang gagal melangsungkan Kongres Nasional, justru melahirkan Kelompok 78 dan bahkan sempat menjadwal pemilihan ketua PSSI baru di Surabaya pada 26 April.
Tentu peta kekuatan berubah total dengan pembatalan hak pilih empat kandidat terkuat tadi. Nah, dalam komunikasi yang direncanakan Agum bersama Joko Driyono, Sukawi Sutarip, Siti Nuzanah, Hadi Rudiatmo, Samsul Ashar, Satim Sofyan, dan Dityo Pramono, ada baiknya masalah verifikasi pemilik suara menjadi prioritas.
Saya yakin dengan hadirnya Agum didukung tim yang kredibel akan menghasilkan produk baik. Memang, apa pun yang dicapai nanti tidak akan memuaskan semua pihak, tapi setidaknya sudah memangkas intrik yang tak sehat.
Dukungan Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Mallarangeng terhadap Agum cs. adalah pertanda ada kemajuan. Semoga kondisi ini dapat terus dipertahankan hingga terpilih pengurus baru PSSI hasil reformasi yang sangat melelahkan.
Tugas paling dekat adalah bagaimana kesebelasan Indonesia merebut emas SEA Games. Kesempatan menjadi juara sangat terbuka karena SEA Games pada November nanti dilangsungkan di Jakarta-Palembang.
So, stop gontok-gontokan untuk satu tujuan: Indonesia juara!
ian@bolanews.com
(Dikutip dari Rubrik Catatan Ringan Tabloid BOLA No. 2.180 terbit 7 April 2011)

Kabut Semakin Pekat di PSSI



Keputusan sudah dijatuhkan. Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Mallarangeng menyatakan PSSI di bawah Nurdin Halid (NH) tak lagi diakui. Segala fasilitas negara dicabut, mulai dari anggaran hingga dukungan pihak keamanan.
Semua aktivitas PSSI dihentikan dan akan diambil alih pemerintah dan KONI/KOI. Bahkan, kantor PSSI di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan harus dikosongkan karena kantor tersebut adalah juga milik negara.
Sungguh keputusan pahit dan menyakitkan. Para pengurus PSSI menjadi seperti sekelompok orang yang terusir dari rumahnya. Tampaknya tak ada lagi pembelaan yang dapat menyelamatkan NH dari posisi terbuang.
Resistensi masyarakat terlalu kuat menolak perpanjangan kehadiran NH di tubuh PSSI. Prestasi yang diharapkan lahir dari masa kepengurusan NH selama 7 tahun dinilai tidak ada sama sekali. Satu dosa besar yang dituduhkan terutama kebohongan masalah statuta FIFA yang banyak dipelintir.
Bukan Nurdin namanya kalau sekali gertak langsung keok. Putra Bugis yang satu daerah dengan Menpora itu melakukan perlawanan keras. NH malah meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencopot jabatan Andi karena dianggap tidak cakap menjalankan tugas negara.
Di sisi lain, kelompok yang mengaku mewakili 78 suara dari 100 pemilik hak suara PSSI terus melakukan konsolidasi. Mereka siap melaksanakan kongres sesuai jadwal awal yang dirilis FIFA, dengan agenda pemilihan ketua di Surabaya pada 26 April.
***
Badan tertinggi sepak bola dunia, FIFA, hingga kini belum mengambil sikap seputar polemik antara PSSI dan pemerintah. Apakah FIFA akan melindungi PSSI di bawah NH atau mendukung keputusan Menpora yang membekukan kepemimpinan NH dan Sekjen Nugraha Besoes.
Konflik ini telah menembus batas yang sangat jauh. Persoalan tak lagi sekadar tuntutan memaksa NH keluar dari lingkaran sepak bola, tapi sudah menjadi isu politik yang liar dan tak terkendali.
Aneka macam isu merebak. Ada yang mengatakan bahwa konflik ini sengaja dikencangkan sebagai alat pengalihan isu pencemaran nama baik SBY oleh koran Australia The Age dan Sydney Morning Herarld yang mengutip info dari wikileaks.
Orang lain menyebut bahwa massa sepak bola menjadi alasan kuat dua partai besar saling berebut. NH di kubu Golkar dan Andi menjadi pasukan terdepan sebagai antisipasi menjelang pemilu 2014.
Jangan pernah mencari jawaban pasti dari opini liar itu. Termasuk isu penokohan George Toisutta (GT) menjadi orang nomor satu di PSSI. Jabatan sosial itu ditiupkan karena KSAD ini segera memasuki masa pensiun sehingga perlu lahan kesibukan.
Ditarik mundur jauh ke belakang, ada juga yang meniupkan bahwa Arifin Panigoro didukung 9 Naga. Kumpulan 9 pengusaha besar ini dirumorkan merupakan musuh bisnis kelompok Bakrie saat Aburizal menjabat Menko Ekuin pada masa pemerintahan SBY periode pertama.
Apa pun alasannya, Menpora sudah melaksanakan tugasnya sesuai wewenang yang dimiliki. NH mempertahankan diri dengan menuding balik Menpora sebagai ekspresi kegalauan hati dan keinginan mempertahankan keyakinan.
Situasi sekarang ini menunjukkan nyaris tak terbuka lagi pintu dialog di antara pihak bertikai dengan logika bersih. Semua pihak merasa paling benar dan menjadi pahlawan atas nama demi kemajuan sepak bola Indonesia.
***
Ketimbang menambah ricuh, saya menyarankan semua pihak menahan diri. Karena tidak ada titik temu bagi insan sepak bola kita, maka jalan akhir adalah berkonsultasi intensif dengan FIFA dan harus berjiwa besar menerima keputusan.
Saya pernah menyarankan agar suasana reda, maka kedua kubu: Arifin Panigo (AP) dan GT maupun NH dan Nirwan Bakrie (NDB) tidak lagi maju sebagai kandidat wakil dan ketua PSSI periode 2011-15.
Kenapa keempatnya disarankan berada di luar lingkar sepak bola? Ini dimaksudkan agar tidak terjadi lagi gontok-gontokan di kemudian hari. Orang yang tersisih umumnya berpotensi untuk terus mengusik kepemimpinan pihak lawan, itu saja.
Usulan lain, jika jalur utama macet, maka perlu dicari jalan alternatif. Karena itu tampillah tiga nama tokoh yang dituakan, yaitu Jusuf Kalla, Sutiyoso dan Agum Gumelar.
Mereka ini secara bersama-sama atau sendiri-sendiri patut diberi tugas sebagai penengah. Untuk sementara menjalankan fungsi PSSI sambil mempersiapkan pemilihan ketua sah melalui kongres.
Berkembang opini baru. Sebagai jalan tengah, ada yang mengusulkan agar pihak bertikai melakukan rekonsiliasi dan membentuk koalisi. Hubungan yang dimaksudkan adalah membangun satu kepengurusan yang terdiri dari kedua kubu.
Tersebutlah nama GT di posisi ketua umum dengan NDB sebagai wakil. Ada beberapa nama di PSSI yang bekerja secara profesional dan patut diakomodasi, seperti Iman Arif, Hinca Panjaitan, Joko Driyono, dan Demis Djamaoeddin. Sama halnya dengan tokoh-tokoh muda di pihak yang patut diberi kesempatan.
Semua ini tentu tidak ada artinya bila FIFA menjatuhkan sanksi berupa pencoretan dari keanggotaan. Bila hantu pencoretan sampai turun, maka itu merupakan kerugian besar bagi negeri ini. Akibat terburuknya adalah sepak bola tidak dapat dipertandingkan di SEA Games November mendatang di Palembang dan Jakarta.
Kabut di PSSI saat ini semakin pekat dan akan lebih gelap lagi jika tidak ada rasa saling memahami. Mempertahankan kebenaran sendiri memang bagus, tapi apa artinya bila justru semakin merusak sepak bola Indonesia.
Jadi, mari utamakan logika ketimbang emosi. Please!
ian@bolanews.com
(Dikutip dari Rubrik Catatan Ringan Tabloid BOLA No. 2.177 terbit 31 Maret 2011)

Mengenai Saya

Foto saya
Sigli, Aceh, Indonesia

Arsip Blog

 

© Copyright THE LAN 2007 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.